“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat- Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (al-Ahzab: 56)
Di saat merasa diri terlalu jauh, terlalu hina dan tak layak langsung untuk dekat pada-Nya..
Di saat kita dihantui dosa-dosa lalu yang hanyir lagi hina...
Ingatlah bahawa kasih sayang Allah dan Rasul sebenarnya tidak pernah putus pada kita, walau sebesar mana kesalahan kita...
Setiap saat dan ketika, rahmat, taufik, hidayah dan cinta Nya cuba menerobos untuk sampai ke hati kita melalui Rasul dan aulia'nya..
Setiap saat Allah ingat, memerhati dan memanggil kita...tak terkecuali seorangpon dari kita...
Cuma kita saja yang gagal menerima isyarat -Nya, mungkin kita berada di pergunungan ego yang tinggi atau mungkin kita sesat di hutan batu kaca yang tebal dan keliru mememang semuanya buat receiver kita lebih sibuk menerima signal-signal lain yang sebenarnya noise dan distortion (bukan gitar letrik punya distortion)
Dalam keadaan ni Zikir dan Selawatlah keatas nabi, insyaAllah hati di pergunungan ego yang tinggi, turun ke lembah humility, hutan batu kaca runtuh dan segala noise dan distortion menjadi senyap...senyap...dan sunyi......
Akhir kata : Dengar dan selawatlah keatas Nabi...
huhuhu ayat cam poyojer... chiow
\U*lu*to"pi*an\, n. [NL., B.Mal. Gr. hick + ? a place.] 1: a concept devised (2006) by a group of slackers based on a tribal yearning for the perfect moment chilling on the rapids 2: transcendental journeyers to a place or state of mind, perfect or ideal particularly in its religious, moral and social aspects, either physically, spiritually or via chemical stimulation [ant: kututopian]
No comments :
Post a Comment